Zaman kala masyarakat senantiasa tidaklah stagnan pada kondisi keseharian
yang dimiliki, menjadikannya sebuah fenomena pantas untuk dikaji. Dinamika yang
berkembang tersebut seringkali tidak terlepas dari peranan struktur makro yang
mengatur sebuah masyarakat tertentu. Pemerintah dan aparatur penyokongnya
merupakan salah satu faktor makro tersebut yang wajib ditekankan sebagai salah
satu faktor penyokong bergeraknya arus dinamika tersebut. Sejak terbukanya
sejarah mengenai pemerintahan satu persatu teori mengenai fungsi dan peran
pemerintah berjejal, dinamikanya berlangsung dengan mobilitas yang cepat.
Masalah yang mendera juga satu per satu datang pasca kedatangan sistem
pemerintahan. Sontak sistem tersebut mendapatkan tekanan sebagai institusi
berwenang menyelesaikan setiap persoalan.
Salah satu wacana mengemuka mengenai kota Makassar ialah mengenai beberapa
peristiwa yang menarik pandangan nasional hingga internasional adalah kekerasan
massa dalam bentuk perkelahian antar kelompok yang kerap terjadi. Mencoba berasumsi penulis memposisikan
masyarakat Indonesia kini beranggapan
bahwa kekerasan di kota Makassar telah menjadi hal yang lazim terjadi.
Ada anekdot sehari-hari yang mengatakan bahwa kekerasan massa yang kerap terjadi
di kota ini telah tergambar dari nama kota Makassar itu sendiri.
Menurut Budi
Hardiman sebuah masyarakat yang tidak mempersoalkan kekerasan sudah kehilangan
keberadabannya[1]. Karena itu, pertanyaan mengenai mengapa perkelahian
antar kelompok itu terjadi sangat penting untuk dilontarkan dan dijawab.
Untuk mendapatkan file lengkap dalam bentuk MS-Word, (bukan pdf) silahkan klik Cara Mendapatkan File atau klik disini
Tidak ada komentar:
Posting Komentar