Senin, 03 Maret 2014

CARA MUDAH MEMBUAT PUISI PENDEK/PUISI PADAT KATA DAN PUISI 2koma7 YANG MEMUISI

CARA MUDAH MEMBUAT PUISI PENDEK/PUISI PADAT KATA DAN PUISI 2, 7 YANG MEMUISI
oleh Imron Tohari

MENCARI

Carilah!
di luar tirai tak sengaja kujatuhkan tusuk pualam
Pergilah bersama lentera
jangan menunggu gugur bunga terlanjur dalam

(Zhu Yizun , masa Dinasti Qing, 1629 – 1709)

Dalam setiap proses penciptaan puisi, dalam kesunyiannya pasti akan terjadi suatu pertarungan batin dan atau pertarungan piker pada diri pengkarya cipta ( pertarungan sinergi positip dan sinergis negatip).

Puisi sebagai reinkarnasi bahasa/samsara bahasa, pada kelahirannya kembali, tidak terlepas dari proses/ritus suasana baik buruk yang mempengaruhi rasa imajinatip pengkarya ciptanya. Dalam pengertian, melalui puisi penyair berusaha menghidupkan imaji tersembunyi ke dalam tubuh “bahasa”. Tubuh bahasa dari bayangan diri, baik bayangan diri penyairnya maupun bayangan diri penikmat bacanya yang sudah menyatu pada bayangan puisi itu sendiri!, maka jadilah bayangan diantara bayangan; diri membayang pada puisi, puisi membayang pada diri. Dan puisi yang baik, adalah puisi yang ditulis dengan penuh ketulusan, serta tetap mengacu pada estetika moral, sehingga nantinya bisa memberi pencerahan positip dan atau bisa menciptakan pola piker baru yang baik bagi pencipta maupun apresiator yang membacanya.

Pada akhirnya puisi tetap merupakan suatu misteri yang menyelingkupi suatu bahasa rasa yang ingin diletupkan sang penyairnya dengan mengunakan simbol-simbol agar makna tidak secara langsung keluar dari tubuh bahasa puisi itu sendiri, puisi yang menjelmakan dirinya pada bahasa yang sunyi, puisi yang mensamsarakan dirinya pada kesakitan-kesakitan bahasa dalam rangka menemukan pemaknaannya sendiri.

Lalu bagaimana cara meletupkan bahasa rasa lewat karya tulis yang bernama puisi, biar secara estetik puitika pun estetik makna bisa sampai di rasa imaji penikmat baca?

Selain mempunyai sifat unik kepadatan kata  dalam upayanya menyampaikan idea gagasan, puisi juga memiliki tiga unsur mendasar (pokok) pembangun batang tubuh puisi secara utuh, meliputi :   diksi (diction),  imaji (imagery), gaya bahasa (figurative language), selain beberapa unsur penting lainnya pada puisi yang terikat pola.

Perlu digaris bawahi , hendaklah membuat puisi bukan hanya sekedar bermain indahnya kata, sekedar tonjolkan makna yang baik-baik saja, bukan sekedar romansa cinta, dan atau bernuansa kerohanian sahaja. Namun lebih dari pada itu bagaimana kita memenangkan batiniah dari kata-kata tersirat pun tersurat dalam laku tindak kita di kehidupan nyata.

Membuat puisi yang sebenar benarnya pencipta puisi adalah bagaimana kita bertarung untuk menjadi tidak munafik dari apa yang telah kita lahirkan dari kata-kata (Baca: puisi).

Selaku penyuka puisi dan atau pencipta puisi, hal yang paling mendasar untuk dipahami terlebih dahulu yang terkait dengan struktur bangun puisi secara keseluruhan adalah perihal Struktur fisik puisi sertaStruktur Batin Puisi. Mengenai perihal tersebut saya kutipkan sebagian dari sumber WikiPedia Indonesia di bawah ini :

Struktur fisik puisi terdiri dari:

 1.       Perwajahan puisi (tipografi), yaitu bentuk puisi seperti halaman yang tidak dipenuhi kata-kata, tepi kanan-kiri, pengaturan barisnya, hingga baris puisi yang tidak selalu dimulai dengan huruf kapital dan diakhiri dengan tanda titik. Hal-hal tersebut sangat menentukan pemaknaan terhadap puisi.

2.       Diksi, yaitu pemilihan kata-kata yang dilakukan oleh penyair dalam puisinya. Karena puisi adalah bentuk karya sastra yang sedikit kata-kata dapat mengungkapkan banyak hal, maka kata-katanya harus dipilih secermat mungkin. Pemilihan kata-kata dalam puisi erat kaitannya dengan makna, keselarasan bunyi, dan urutan kata.

3.       Imaji, yaitu kata atau susunan kata-kata yang dapat mengungkapkan pengalaman indrawi, seperti penglihatan, pendengaran, dan perasaan. Imaji dapat dibagi menjadi tiga, yaitu imaji suara (auditif), imaji penglihatan (visual), dan imaji raba atau sentuh (imaji taktil). Imaji dapat mengakibatkan pembaca seakan-akan melihat, medengar, dan merasakan seperti apa yang dialami penyair.

4.       Kata ini berhubungan dengan kiasan atau lambang. Misalnya kata kongkret “salju: melambangkan kebekuan cinta, kehampaan hidup, dll., sedangkan kata kongkret “rawa-rawa” dapat melambangkan tempat kotor, tempat hidup, bumi, kehidupan, dll.

5.       Gaya bahasa, yaitu penggunaan bahasa yang dapat menghidupkan/meningkatkan efek dan menimbulkan konotasi tertentu. Bahasa figuratif menyebabkan puisi menjadi prismatis, artinya memancarkan banyak makna atau kaya akan makna. Gaya bahasa disebut juga majas. Adapaun macam-amcam majas antara lain metafora, simile, personifikasi, litotes, ironi, sinekdoke, eufemisme, repetisi,anafora, pleonasme, antitesis, alusio, klimaks, antiklimaks, satire, pars pro toto, totem pro parte, hinggaparadoks.


Struktur batin puisi terdiri dari :

1.        Tema/makna (sense); media puisi adalah bahasa. Tataran bahasa adalah hubungan tanda dengan makna, maka puisi harus bermakna, baik makna tiap kata, baris, bait, maupun makna keseluruhan.

2.        Rasa (feeling), yaitu sikap penyair terhadap pokok permasalahan yang terdapat dalam puisinya. Pengungkapan tema dan rasa erat kaitannya dengan latar belakang sosial dan psikologi penyair, misalnya latar belakang pendidikan, agama, jenis kelamin, kelas sosial, kedudukan dalam masyarakat, usia, pengalaman sosiologis dan psikologis, dan pengetahuan. Kedalaman pengungkapan tema dan ketepatan dalam menyikapi suatu masalah tidak bergantung pada kemampuan penyairmemilih kata-kata, rima, gaya bahasa, dan bentuk puisi saja, tetapi lebih banyak bergantung pada wawasan, pengetahuan, pengalaman, dan kepribadian yang terbentuk oleh latar belakang sosiologis dan psikologisnya.

3.        Nada (tone), yaitu sikap penyair terhadap pembacanya. Nada juga berhubungan dengan tema dan rasa. Penyair dapat menyampaikan tema dengan nada menggurui, mendikte, bekerja sama dengan pembaca untuk memecahkan masalah, menyerahkan masalah begitu saja kepada pembaca, dengan nada sombong, menganggap bodoh dan rendah pembaca, dll.

4.        Amanat/pesan/tujuan/maksud (itention); yaitu pesan yang ingin disampaikan penyair kepada pembaca

5.        Kontemplasi/ruang renung; yaitu renungan dengan kebulatan pikiran atau perhatian penuh yang bisa memantik simpul piker kekinian penghayat dalam memunguti sinergi positip dari isi puisi baik tersurat pun tersirat secara keseluruhan.


Dalam proses saya mencipta puisi, perkenankan saya membagikan lima teknik dasar dan mudah mencipta puisi ala lifespirit! : 

1.        Tulis saja apa yang menjadi olah rasa pikermu dengan lepas ( pokoknya tulis saja dulu jangan terkendala dengan pakem penciptaan puisi, karena hal tersebut akan menghambat laju idea yang ada dipikiranmu saat itu)

2.         Setelah selesai ditulis, baca ulang dan rasakan apa memang tulisan tersebut telah sesuai dengan apa yang ingin disampaikan pada pembaca dan atau sudah mewakili apa yang kau fikirkan?

3.         Kalau sudah sesuai dengan maksud dan tujuan yang kau fikirkan, baca sekali lagi dengan sepenuh rasa untuk menemukan apa sekiranya pola yang paling tepat, dalam arti, apa karya mentah tadi ingin kau tuang dalam bentuk bait panjang apa pendek, apa mau kau tuang dengan pola terikat ( berdasarkan pakem-pakem khusus yang menyerta pada karya sajak/puisi  semisal rima) atau  mau kau tuang ke dalam medium sajak/puisi bebas  ( ingat jangan ragu untuk menghilangkan/memadatkan/menambah/mengganti diksi ) bilamana dirasa perlu dan tentunya bila dengan itu kau merasa nyaman.

4.         Jangan segan-segan untuk mengedit bila ada masukan perbaikan yang baik/relevan ( lebih baik lagi kalau tidak buru-buru memposting itu karya/ endapkan! sebab dengan pengendapan adakalanya pikiran kita bisa lebih netral dalam menilai karya yang baru kita buat sendiri. Biasanya kalau langsung kita posting, yang lebih berperan sifat emosional kita yang dominan sehigga unsur subyektif kita dalam menilai karya yang baru kita buat mengalahkan unsur obyektif kita.

5.          Jangan mudah patah karena dikritik, dan jangan terbuai saat dipujiIngat : Pujian adalah rahmat yang patut kita syukuri, namun kalau kita terlena justru akan menjadikan karya kita berikutnya jalan di tempat.

Setelah memahami lima pokok dasar mencipta puisi dengan mudah, sekali lagi perkenanan  saya merangkum pemikiran saya dalam mencipta karya selama ini, tentang hal-hal yang senantiasa saya jadikan perhatian dasar dalam mencipta karya puisi pendek/padat kata  maupun karya puisi dua koma tujuh (Baca: Puisi 2, 7) yang saya perkenalkan pertama kali pada bulan Desember 2012, seperti yang kini saya tulis di bawah ini :


-          Lima hal yang perlu diperhatikan dalam mencipta puisi pendek ala lifespirit! :

1.            Judul sangat penting (kalau tidak boleh dikatakan vital ) dalam penciptaan puisi pendek. Dengan judul yang baik dan kuat, akan menjadi pemandu awal bagi penikmat baca untuk masuk dan menelaah makna dari puisi bersangkutan, hal ini dikarena puisi pendek sangat terbatas volume katanya.

2.            Pemilihan diksi yang kuat akan membentuk tautan kalimat yang bisa meruangkan makna luas ( tetap perhatikan estetika poetikanya ) sehingga dengan kata terbatas namun tetap indah dan memberi ruang imajinasi dengan leluasa.

3.            manfaatkan majas : metaphor, personifikasi,hiperbola,paradok,satire,ect  dengan baik, sebab majas dan atau gaya bahasa sangat membantu dalam puisi genre ini. majas yang baik akan kian memberi ruang kalimat tertaut menjadi lebih luas, dalam arti majas memberi nilai tambah dalam unsur  keluasan latar.

4.            Puisi pendek lebih menitik beratkan pada isi/makna, walau dalam hal ini unsur keindahan juga harus tetap diperhatikan. Namun dengan keterbatasan kata yang ada pada puisi genre ini, yang lebih diutamakan adalah bagaimana keterbatasan kata tersebut bisa menyampaikan pesan makna ke penghayat dengan baik.

-          Contoh : 

 
Disalib Peradaban

di mural-mural kota
orang lalu lalang mencari mata

di istana negara
perkongsian politik lahan paling subur menggali kubur…

saat jiwa tak lagi jelas mendengar detak kerohanian
jarum waktu serupa jahanam jatuh tepat menancap di batok kepala


( Imron Tohari _ lifespirit 24 januari 2011)

5.            Dalam puisi pendek biasanya pada batang tubuh puisi dibagi dua, yakni: alur konflik peran dan alur penutup ( bisa berupa sebuah renungan, bisa berupa pemikiran kekinian, bisa juga berupa kesimpulan dari inti tema yang diangkat, ect ), sebab judul mempunyai peran ganda dalam puisi pendek, selain untuk memberi gambaran dari keseluruhan isi karya, juga tidak jarang berperan sebagai alur awal/pemandu awal sebelum masuk batang tubuh puisi.

-          Contoh judul  yang sekaligus berperan sebagai awal sekaligus sebagai kesimpulan dari inti tema :

Digoda Rindu

Ketika gemerisik daun bambu diikuti sahutan jangkerik

senja melenggang
menghantar rindu ke peraduan malam

Digoda rindu siapa peduli batang bambu dan jangkerik di luar kedinginan?

( by lifespirit 26 Januari 2011 )

 

-          Lima hal yang perlu diperhatikan dalam mencipta puisi pendek yang terdiri hanya beberapa kata/kalimat ( tidak lebih dari 17 kata/kalimat ) ala lifespirit! :

 

1.          Judul pada puisi model tuang seperti ini sangat penting ( kalau tidak boleh dikata tidak bisa ditawar-tawar lagi ), hal tersebut berkenaan dengan padatnya kata yang bisa diolah menjadi suatu kekuatan utuh karya dalam menyampaikan pesan pada penikmat baca tanpa meniggalkan kesan keindahan bahasa puisi itu sendiri. Judul yang baik (baca: kuat) sekaligus merupakan pintu masuk untuk pembaca bisa memahami dan menikmati letupan pesan yang ingin dihantarkan pencipta karya ke imaji rasa penghayat.

2.          Peran diksi pada puisi pendek genre ini ( selanjutnya akan saya sebut sebagai puisi padat kata ) mutlak sangat penting bagi berhasil tidaknya karya tersebut merangkum idea tema yang ingin dilukiskan oleh pencipta karya. Untuk itu usahakan tidak tergesa-gesa dalam memilih diksi yang akan dipergunakan, dalam arti pahami betul sifat serta karakter dari diksi terpilih.

3.          Upayakan diksi, walau itu hanya satu kalimat bisa menciptakan ruang luas untuk penikmat baca berimajinasi. Misal kata yang menimbulkan efek visual bunyi:kraakkk, plung, bum ect dan atau kata yang menyiratkan kata kerja aktif, missal : menggali,memintal,mengintip ect

4.          Judul dan isi harus saling menompang satu dengan yang lainnya. Dalam arti, Judul sekaligus merupakan rangkuman maksud dari isi karya.

5.          Jangan buru-buru memposting, namun upayakan untuk melalui proses pengendapan karya, sehingga kita bisa mengevaluasinya dengan control emosi yang tenang serta obyektif,hal ini untuk menghindari jebakan puisi model padat kata yang biasanya kita tanpa sadar terjebak langsung menulis secara terang benderang, sehingga nilai estetika bahasa kontemplatipnya berkurang .

Beberapa contoh puisi padat kata yang memanfaatkan kekuatan imajinatip diksi/kata/kalimat:

 

Kemarau 

sawah ladang kering
Petani berebut ranting

Krakk!
Di dapur, perempuan menanak nafas

(2010)


Sajak Hening

Kenapa kau mencintaiku?
jatuh sebatang ranting
plung…

(2010)


Mengetuk Pintu Langit

Syahadat
Tanda serukah

O tanda Tanya

(2009)

 
Maujud Tuhan 

 
Pada peluit ketel*,rinai

Senyum istriku
Selepas Subuh

( 2009 )*ketel /kétél/ n 1 sj cerek;untuk merebus air; 2 sj kuali besi untuk menanak nasi

 
Lampion

Pemantik
Membakar setiap detak
Dan aku memanggilmu
: Kekasih

( 2009 )

 

-          Lima hal yang perlu diperhatikan dalam mencipta puisi 2, 7ala lifespirit! :

1.            Judul sangat penting (kalau tidak boleh dikatakan vital ) pada puisi 2, 7. Seperti halnya dalam penciptaan puisi pendek lainnya. Dengan judul yang baik dan kuat, akan menjadi pemandu awal bagi penikmat baca untuk masuk dalam upayanya menelaah makna dari puisi 2, 7 bersangkutan, hal ini dikarenakan  puisi 2, 7 selain berbatas 2 baris, juga hanya menyediakan ruang kata yang sangat terbatas (baca: 7 kata dalam 2 baris utuh.

2.            Pemilihan diksi yang tepat dan kuat akan membentuk tautan kalimat yang bisa meruangkan makna luas ( tetap perhatikan estetika poetikanya ) sehingga dengan keterbatasan kata, namun tetap terjaga estetika puitikanya ( keindahan bahasa puisinya), serta tetap memberi ruang imajinasi dengan leluasa di alam baca penikmat karya.

3.            Pada puisi 2, 7 bahasa kias dan atau penggunaan majas : metaphor, personifikasi,paradok , satire , ect  akan sangat membantu dalam puisi genre ini. Kias dan atau majas yang baik akan kian memberi ruang kalimat tertaut menjadi lebih luas, dalam arti memberi nilai tambah dalam unsur  keluasan latar imajinatip penghayat.

4.            Pada puisi 2, 7 , batang tubuh puisi dibagi dua baris, dimana baris 1 (satu) sebagai baris yang lebih menonjolkan citraan latar suasana dan atau citraan yang bisa memandu dan atau bisa memberi gambaran di imaji penghayat akan apa yang tengah terjadi dan atau apa yang melatari sebuah kejadian (konflik peran awal) yang akan diletupkan di baris 2 sebagai citraan yang sarat letupan emosi ( bisa berupa sebuah renungan, bisa berupa pemikiran kekinian, bisa  juga berupa kesimpulan dari inti tema yang diangkat, ect , untuk itu idealnya baris 1 ini volume katanya lebih banyak dari baris 2 yang merupakan baris ledakan (idealnya baris satu cukup 4 kata/diksi dengan rekatan kuat sudah cukup memberi citraan latar suasana yang meruang)

5.            Karena Puisi 2, 7 lebih menitik beratkan pada isi/makna yang bisa menciptakan daya renung/kontemplasi, yang diletupkan di baris 2, namun estetik puitikannya juga jangan sampai hilang, maka hemat saya dengan 3 kata saja di baris dua sudah sangat ideal untuk membuat ledakan imaji dan member daya hisap di rasa imaji piker penghayat. Dengan 3 kata, hantaran pesan dalam kalimat akan lebih tegas dan berruh dalam memberikan ruang kontemplasi. Dalam pengertian baris kalimat akan lebih kental atau mengkristal dengan muatan yang dibawa 3 kalimat puncak tadi

Contoh:


TANPA KEKASIH

Jarum jam menghitung detak >>  4 tautan diksi yg menggambarkan latar suasana awal keadaan
Malam serupa jahanam >> 3 tautan diksi yang memberi citraan emosi pysyicologis renung

( lifespirit, 24 December 2012 )

 

RINDU

Malam, jendela diketuk resah>>  4 tautan diksi yg menggambarkan latar suasana awal keadaan
Seketika ingat Mihrab >> 3 tautan diksi yang memberi citraan emosi pysyicologis renung

( lifespirit, 24 December 2012 )


SENYUM  IBU

Pada peluit ketel, rinai >>  4 tautan diksi yg menggambarkan latar suasana awal keadaan
Senyum selepas subuh >> 3 tautan diksi yang memberi citraan emosi pysyicologis renung

(lifespirit, 24 December 2012)


TANGGUL JEBOL

kulihat matamu hujan. ohai! >>  4 tautan diksi yg menggambarkan latar suasana awal keadaan
beribu ruh berdzikir >> 3 tautan diksi yang memberi citraan emosi pysyicologis renung

(lifespirit, 20 Januari 2013)


-          Lima cara memilih diksi yang bisa membangun bentukan karya puisi baik secara estetika bahasa maupun secara estetika makna, ala lifespirit! :

1.         Pahami / kenali dengan baik maksud dan atau arti dari kalimat/kata/diksi terkait, dalam arti apakah arti perkalimat diksi tadi mempunyai makna yang bisa membangun kekuatan tema atau tidak. Dan apakah diksi tersebut bila direkat tautkan dengan diksi lainnya, selain bisa menghasilkan estetika keindahan, pastikan perekatan tadi tidak membelokkan inti tema yang ingin diletupkan pada bangunan utuh puisi/sajak. Jadi untuk memilih diksi kuat dalam upaya menghadirkan estetika keidahan dan keutuhan makna pada karya  puisi, salah satunya adalah mengenali sifat dan arti dari kata. misal: matahari : kata benda ; mempunyai sifat pnas:sinar terang:biasanya identik dengan spirit,kuasa,harapan,power ect.

2.         Setelah tahu sifat dan arti kata/diksi dimaksud, perhatikan keselarasan diksi dengan diksi sesudah dan sebelumnya dalam satu kesatuan baris utuh, apa perekatan-perekatan diksi tadi baik dalam bahasa terang atau bahasa majas semisal metafor,personifikasi, apa secara pesan makna tersirat pun tersurat tidak menyimpang dari inti tema karya secara bangunan utuh? misal: kita ingin menggambarkan suatu sosok yang mempunyai kuasa besar yang bisa mempengaruhi kehidupan kita, namun sosok tadi hanya kamuflase saja, alias semu dalam memberi pengayoman, maka kita bisa pilih diksi "matahari" untuk menggambarkan sosok berkuasa tadi, tapi agar maksud janji semunya bisa muncul, kita rekat tautkan kata "matahari" dengan kata lain yang koheren dgn maksud pesan yg ingin diletupkan.  Misal seperti ini:

"//Jangan peduli matahari yang/ berlagak jadi malaikat//" atau secara bahasa perlambangan yang kental "//sungai awan matahari tembaga/ berlagak jadi malaikat// atau salah satunya kita jadikan puisi 2, 7 seperti di bawah ini :

DI ATAS ISTANA KABUT

sungai awan matahari tembaga
berlagak jadi malaikat

(lifespirit, Feb  2013)

3.         Setelah diksi direkatkan utuh dengan diksi lainnya dalam satu baris, baca sekali lagi dengan seksama dan sepenuh jiwa, apa rekatan tadi bisa memancing imajinasi kamu, dan apakah rekatan diksi tadi mempunyai kualitas makna yang baik? bila tidak, jangan ragu untuk menggantinya baik sebagian diksi atau bahkan keseluruhan diksi.

4.         Perhatikan ketertauannya baik secara makna detonasi  (makna kata atau kelompok kata yang didasarkan atas hubungan lugas antara satuan bahasa dan wujud di luar bahasa, seperti orang, benda, tempat, sifat, proses, kegiatan,ect )  pun secara makna konotasi  (makna (nilai rasa) yang timbul karena adanya tautan pikiran antara denotasi dan pengalaman pribadi )  .

5.         Sebelum memastikan apa diksi yang kita pilih kuat atau tidak, sebaiknya tulis saja dulu secara lepas dan natural, baru pada saat proses pengendapan kita biasanya akan dgn lebih mudah menyeleksi diksi sesuai dgn kebutuhan ( baca : lima teknik dasar dan mudah mencipta puisi ala lifespirit. Ctt: kamus bahasa indonesia bisa memperkaya diksi. )

Lalu seberapa penting nilai tautan kontemplatif/kontemplasi (baca: daya renung) pada karya sastra puisi/sajak ?

 
Suatu karya sastra ( kita persempit pada pokok bahasan puisi ), estetika bahasa merupakan hal yang dibutuhkan sebuah puisi untuk menarik minat penghayat dalam menelusuri batang tubuh karya secara utuh sekaligus sebagai sarana/alat untuk merangsang pergerakan imaji penghayat kearah optimal. Namun yang tak kalah penting adalah estetika makna, dalam arti selain makna yang kuat dalam membangun pikiran-pikiran kekinian, puisi yang baik juga akan meninggalkan jejak kesan yang memicu pikiran-pikiran penghayat untuk melakukan pembaharuan pikir ke arah yang lebih baik (positif) di masa-masa selanjutnya, dalam arti bisa mengajak rasa pikir pembaca untuk berkontempelatip/berkontemplasi/berfikir secara fokus akan pencapaian-pencapaian kebaharuan pikir yang positip.

Yang terakhir : Jangan paksakan penghayat untuk harus sama dalam memaknai pesan yang ada di symbol-simbol bahasa karya anda. Dalam arti biarkan sinyal-sinyal bahasa tadi mencari jalannya sendiri untuk membuka medan piker pembaca/penghayat sesuai dengan kemampuan masing-masing penghayat dalam menangkap bahasa-bahasa symbol dimaksud. ( lalu bukan berarti kita menulis puisi seenaknya lho! Hehe ).

“Tidaklah sulit mencipta 1000 puisi, tapi, perlu beribu keberanian dan kejujuran  mengimplementasikan nilai-nilai baik yang terkandung di dalamnya, bahkan walau hanya satu puisi sekalipun dalam menjalani laku di dunia realita”

Semoga catatan sederhana ini ada nilai manfaat bagi pembaca. Amin3x. Insya’allah

Salam lifespirit!

Tidak ada komentar:

Posting Komentar