CARA MUDAH MEMBUAT PUISI PENDEK/PUISI PADAT KATA DAN PUISI 2, 7 YANG MEMUISI
oleh Imron Tohari
MENCARI
Carilah!
di luar tirai tak sengaja kujatuhkan tusuk pualam
Pergilah bersama lentera
jangan menunggu gugur bunga terlanjur dalam
(Zhu Yizun , masa Dinasti Qing, 1629 – 1709)
Dalam
 setiap proses penciptaan puisi, dalam kesunyiannya pasti akan terjadi 
suatu pertarungan batin dan atau pertarungan piker pada diri pengkarya 
cipta ( pertarungan sinergi positip dan sinergis negatip).
Puisi
 sebagai reinkarnasi bahasa/samsara bahasa, pada kelahirannya kembali, 
tidak terlepas dari proses/ritus suasana baik buruk yang mempengaruhi 
rasa imajinatip pengkarya ciptanya. Dalam pengertian, melalui puisi 
penyair berusaha menghidupkan imaji tersembunyi ke dalam tubuh “bahasa”.
 Tubuh bahasa dari bayangan diri, baik bayangan diri penyairnya maupun 
bayangan diri penikmat bacanya yang sudah menyatu pada bayangan puisi 
itu sendiri!, maka jadilah bayangan diantara bayangan; diri membayang 
pada puisi, puisi membayang pada diri. Dan puisi yang baik, adalah puisi
 yang ditulis dengan penuh ketulusan, serta tetap mengacu pada estetika 
moral, sehingga nantinya bisa memberi pencerahan positip dan atau bisa 
menciptakan pola piker baru yang baik bagi pencipta maupun apresiator 
yang membacanya.
Pada
 akhirnya puisi tetap merupakan suatu misteri yang menyelingkupi suatu 
bahasa rasa yang ingin diletupkan sang penyairnya dengan mengunakan 
simbol-simbol agar makna tidak secara langsung keluar dari tubuh bahasa 
puisi itu sendiri, puisi yang menjelmakan dirinya pada bahasa yang 
sunyi, puisi yang mensamsarakan dirinya pada kesakitan-kesakitan bahasa 
dalam rangka menemukan pemaknaannya sendiri.
Lalu
 bagaimana cara meletupkan bahasa rasa lewat karya tulis yang bernama 
puisi, biar secara estetik puitika pun estetik makna bisa sampai di rasa
 imaji penikmat baca?
Selain
 mempunyai sifat unik kepadatan kata  dalam upayanya menyampaikan idea 
gagasan, puisi juga memiliki tiga unsur mendasar (pokok) pembangun 
batang tubuh puisi secara utuh, meliputi :   diksi (diction),  imaji (imagery), gaya bahasa (figurative language), selain beberapa unsur penting lainnya pada puisi yang terikat pola.
Perlu
 digaris bawahi , hendaklah membuat puisi bukan hanya sekedar bermain 
indahnya kata, sekedar tonjolkan makna yang baik-baik saja, bukan 
sekedar romansa cinta, dan atau bernuansa kerohanian sahaja. Namun lebih
 dari pada itu bagaimana kita memenangkan batiniah dari kata-kata 
tersirat pun tersurat dalam laku tindak kita di kehidupan nyata.
Membuat
 puisi yang sebenar benarnya pencipta puisi adalah bagaimana kita 
bertarung untuk menjadi tidak munafik dari apa yang telah kita lahirkan 
dari kata-kata (Baca: puisi).
Selaku
 penyuka puisi dan atau pencipta puisi, hal yang paling mendasar untuk 
dipahami terlebih dahulu yang terkait dengan struktur bangun puisi 
secara keseluruhan adalah perihal Struktur fisik puisi sertaStruktur Batin Puisi. Mengenai perihal tersebut saya kutipkan sebagian dari sumber WikiPedia Indonesia di bawah ini :
Struktur fisik puisi terdiri dari:
 1.       Perwajahan puisi (tipografi), yaitu
 bentuk puisi seperti halaman yang tidak dipenuhi kata-kata, tepi 
kanan-kiri, pengaturan barisnya, hingga baris puisi yang tidak selalu 
dimulai dengan huruf kapital dan diakhiri dengan tanda titik. Hal-hal 
tersebut sangat menentukan pemaknaan terhadap puisi.
2.       Diksi, yaitu
 pemilihan kata-kata yang dilakukan oleh penyair dalam puisinya. Karena 
puisi adalah bentuk karya sastra yang sedikit kata-kata dapat 
mengungkapkan banyak hal, maka kata-katanya harus dipilih secermat 
mungkin. Pemilihan kata-kata dalam puisi erat kaitannya dengan makna, 
keselarasan bunyi, dan urutan kata.
3.       Imaji,
 yaitu kata atau susunan kata-kata yang dapat mengungkapkan pengalaman 
indrawi, seperti penglihatan, pendengaran, dan perasaan. Imaji dapat 
dibagi menjadi tiga, yaitu imaji suara (auditif), imaji penglihatan 
(visual), dan imaji raba atau sentuh (imaji taktil). Imaji dapat 
mengakibatkan pembaca seakan-akan melihat, medengar, dan merasakan 
seperti apa yang dialami penyair.
4.       Kata ini berhubungan dengan kiasan atau lambang. Misalnya
 kata kongkret “salju: melambangkan kebekuan cinta, kehampaan hidup, 
dll., sedangkan kata kongkret “rawa-rawa” dapat melambangkan tempat 
kotor, tempat hidup, bumi, kehidupan, dll.
5.       Gaya bahasa, yaitu
 penggunaan bahasa yang dapat menghidupkan/meningkatkan efek dan 
menimbulkan konotasi tertentu. Bahasa figuratif menyebabkan puisi 
menjadi prismatis, artinya memancarkan banyak makna atau kaya akan 
makna. Gaya bahasa disebut juga majas. Adapaun macam-amcam majas antara 
lain metafora, 
simile, personifikasi, litotes, ironi, sinekdoke, eufemisme, repetisi,anafora, pleonasme, antitesis, alusio, klimaks, antiklimaks, satire, pars
 pro toto, totem pro parte, hinggaparadoks.
Struktur batin puisi terdiri dari :
1.        Tema/makna (sense); media
 puisi adalah bahasa. Tataran bahasa adalah hubungan tanda dengan makna,
 maka puisi harus bermakna, baik makna tiap kata, baris, bait, maupun 
makna keseluruhan.
2.        Rasa (feeling), yaitu
 sikap penyair terhadap pokok permasalahan yang terdapat dalam puisinya.
 Pengungkapan tema dan rasa erat kaitannya dengan latar belakang sosial 
dan psikologi penyair, misalnya latar belakang pendidikan, agama, jenis 
kelamin, kelas sosial, kedudukan dalam masyarakat, usia, pengalaman 
sosiologis dan psikologis, dan pengetahuan. Kedalaman pengungkapan tema 
dan ketepatan dalam menyikapi suatu masalah tidak bergantung pada 
kemampuan penyairmemilih kata-kata, rima, gaya bahasa, dan bentuk puisi 
saja, tetapi lebih banyak bergantung pada wawasan, pengetahuan, 
pengalaman, dan kepribadian yang terbentuk oleh latar belakang 
sosiologis dan psikologisnya.
3.        Nada (tone), yaitu
 sikap penyair terhadap pembacanya. Nada juga berhubungan dengan tema 
dan rasa. Penyair dapat menyampaikan tema dengan nada menggurui, 
mendikte, bekerja sama dengan pembaca untuk memecahkan masalah, 
menyerahkan masalah begitu saja kepada pembaca, dengan nada sombong, 
menganggap bodoh dan rendah pembaca, dll.
4.        Amanat/pesan/tujuan/maksud (itention); yaitu pesan yang ingin disampaikan penyair kepada pembaca
5.        Kontemplasi/ruang renung; yaitu
 renungan dengan kebulatan pikiran atau perhatian penuh yang bisa 
memantik simpul piker kekinian penghayat dalam memunguti sinergi positip
 dari isi puisi baik tersurat pun tersirat secara keseluruhan.
Dalam proses saya mencipta puisi, perkenankan saya membagikan lima teknik dasar dan mudah mencipta puisi ala lifespirit! : 
1.        Tulis saja apa yang menjadi olah rasa pikermu dengan lepas (
 pokoknya tulis saja dulu jangan terkendala dengan pakem penciptaan 
puisi, karena hal tersebut akan menghambat laju idea yang ada 
dipikiranmu saat itu)
2.         Setelah selesai ditulis, baca ulang dan rasakan apa
 memang tulisan tersebut telah sesuai dengan apa yang ingin disampaikan 
pada pembaca dan atau sudah mewakili apa yang kau fikirkan?
3.         Kalau
 sudah sesuai dengan maksud dan tujuan yang kau fikirkan, baca sekali 
lagi dengan sepenuh rasa untuk menemukan apa sekiranya pola yang paling 
tepat, dalam arti, apa karya mentah tadi ingin kau tuang dalam 
bentuk bait panjang apa pendek, apa mau kau tuang dengan pola terikat ( 
berdasarkan pakem-pakem khusus yang menyerta pada karya sajak/puisi  
semisal rima) atau  mau kau tuang ke dalam medium sajak/puisi bebas  ( 
ingat jangan ragu untuk menghilangkan/memadatkan/menambah/mengganti 
diksi ) bilamana dirasa perlu dan tentunya bila dengan itu kau merasa 
nyaman.
4.         Jangan segan-segan untuk mengedit bila ada masukan perbaikan yang baik/relevan (
 lebih baik lagi kalau tidak buru-buru memposting itu karya/ endapkan! 
sebab dengan pengendapan adakalanya pikiran kita bisa lebih netral dalam
 menilai karya yang baru kita buat sendiri. Biasanya kalau langsung kita
 posting, yang lebih berperan sifat emosional kita yang dominan sehigga 
unsur subyektif kita dalam menilai karya yang baru kita buat mengalahkan
 unsur obyektif kita.
5.          Jangan mudah patah karena dikritik, dan jangan terbuai saat dipuji. Ingat
 : Pujian adalah rahmat yang patut kita syukuri, namun kalau kita 
terlena justru akan menjadikan karya kita berikutnya jalan di tempat.
Setelah
 memahami lima pokok dasar mencipta puisi dengan mudah, sekali lagi 
perkenanan  saya merangkum pemikiran saya dalam mencipta karya selama 
ini, tentang hal-hal yang senantiasa saya jadikan perhatian dasar dalam 
mencipta karya puisi pendek/padat kata  maupun karya puisi dua koma 
tujuh (Baca: Puisi 2, 7) yang saya perkenalkan pertama kali pada bulan 
Desember 2012, seperti yang kini saya tulis di bawah ini :
-          Lima hal yang perlu diperhatikan dalam mencipta puisi pendek ala lifespirit! :
1.            Judul sangat penting (kalau tidak boleh dikatakan vital ) dalam penciptaan puisi pendek. Dengan
 judul yang baik dan kuat, akan menjadi pemandu awal bagi penikmat baca 
untuk masuk dan menelaah makna dari puisi bersangkutan, hal ini dikarena
 puisi pendek sangat terbatas volume katanya.
2.            Pemilihan diksi yang kuat akan membentuk tautan kalimat yang bisa meruangkan makna luas (
 tetap perhatikan estetika poetikanya ) sehingga dengan kata terbatas 
namun tetap indah dan memberi ruang imajinasi dengan leluasa.
3.            manfaatkan majas : metaphor, personifikasi,hiperbola,paradok,satire,ect  dengan baik,
 sebab majas dan atau gaya bahasa sangat membantu dalam puisi genre ini.
 majas yang baik akan kian memberi ruang kalimat tertaut menjadi lebih 
luas, dalam arti majas memberi nilai tambah dalam unsur  keluasan latar.
4.            Puisi pendek lebih menitik beratkan pada isi/makna,
 walau dalam hal ini unsur keindahan juga harus tetap diperhatikan. 
Namun dengan keterbatasan kata yang ada pada puisi genre ini, yang lebih
 diutamakan adalah bagaimana keterbatasan kata tersebut bisa 
menyampaikan pesan makna ke penghayat dengan baik.
-          Contoh : 
 
Disalib Peradaban
di mural-mural kota
orang lalu lalang mencari mata
di istana negara
perkongsian politik lahan paling subur menggali kubur…
saat jiwa tak lagi jelas mendengar detak kerohanian
jarum waktu serupa jahanam jatuh tepat menancap di batok kepala
( Imron Tohari _ lifespirit 24 januari 2011)
5.            Dalam puisi pendek biasanya pada batang tubuh puisi dibagi dua, yakni: alur konflik peran dan alur penutup (
 bisa berupa sebuah renungan, bisa berupa pemikiran kekinian, bisa juga 
berupa kesimpulan dari inti tema yang diangkat, ect ), sebab judul 
mempunyai peran ganda dalam puisi pendek, selain untuk memberi gambaran 
dari keseluruhan isi karya, juga tidak jarang berperan sebagai alur 
awal/pemandu awal sebelum masuk batang tubuh puisi.
-          Contoh judul  yang sekaligus berperan sebagai awal sekaligus sebagai kesimpulan dari inti tema :
Digoda Rindu
Ketika gemerisik daun bambu diikuti sahutan jangkerik
senja melenggang
menghantar rindu ke peraduan malam
Digoda rindu siapa peduli batang bambu dan jangkerik di luar kedinginan?
( by lifespirit 26 Januari 2011 )
 
-          Lima
 hal yang perlu diperhatikan dalam mencipta puisi pendek yang terdiri 
hanya beberapa kata/kalimat ( tidak lebih dari 17 kata/kalimat ) ala 
lifespirit! :
 
1.          Judul pada puisi model tuang seperti ini sangat penting ( kalau tidak boleh dikata tidak bisa ditawar-tawar lagi ), hal
 tersebut berkenaan dengan padatnya kata yang bisa diolah menjadi suatu 
kekuatan utuh karya dalam menyampaikan pesan pada penikmat baca tanpa 
meniggalkan kesan keindahan bahasa puisi itu sendiri. Judul yang baik 
(baca: kuat) sekaligus merupakan pintu masuk untuk pembaca bisa memahami
 dan menikmati letupan pesan yang ingin dihantarkan pencipta karya ke 
imaji rasa penghayat.
2.         
 Peran diksi pada puisi pendek genre ini ( selanjutnya akan saya sebut 
sebagai puisi padat kata ) mutlak sangat penting bagi berhasil tidaknya 
karya tersebut merangkum idea tema yang ingin dilukiskan oleh pencipta 
karya. Untuk itu usahakan tidak tergesa-gesa dalam memilih diksi yang 
akan dipergunakan, dalam arti pahami betul sifat serta karakter dari 
diksi terpilih.
3.          Upayakan diksi, walau itu hanya satu kalimat bisa menciptakan ruang luas untuk penikmat baca berimajinasi. Misal
 kata yang menimbulkan efek visual bunyi:kraakkk, plung, bum ect dan 
atau kata yang menyiratkan kata kerja aktif, missal : 
menggali,memintal,mengintip ect
4.          Judul dan isi harus saling menompang satu dengan yang lainnya. Dalam arti, Judul sekaligus merupakan rangkuman maksud dari isi karya.
5.         
 Jangan buru-buru memposting, namun upayakan untuk melalui proses 
pengendapan karya, sehingga kita bisa mengevaluasinya dengan control 
emosi yang tenang serta obyektif,hal ini untuk menghindari 
jebakan puisi model padat kata yang biasanya kita tanpa sadar terjebak 
langsung menulis secara terang benderang, sehingga nilai estetika bahasa
 kontemplatipnya berkurang .
Beberapa contoh puisi padat kata yang memanfaatkan kekuatan imajinatip diksi/kata/kalimat:
 
Kemarau 
sawah ladang kering
Petani berebut ranting
Krakk!
Di dapur, perempuan menanak nafas
(2010)
Sajak Hening
Kenapa kau mencintaiku?
jatuh sebatang ranting
plung…
(2010)
Mengetuk Pintu Langit
Syahadat
Tanda serukah
O tanda Tanya
(2009)
 
Maujud Tuhan 
 
Pada peluit ketel*,rinai
Senyum istriku
Selepas Subuh
( 2009 )*ketel /kétél/ n 1 sj cerek;untuk merebus air; 2 sj kuali besi untuk menanak nasi
 
Lampion
Pemantik
Membakar setiap detak
Dan aku memanggilmu
: Kekasih
( 2009 )
 
-          Lima hal yang perlu diperhatikan dalam mencipta puisi 2, 7ala lifespirit! :
1.            Judul sangat penting (kalau tidak boleh dikatakan vital ) pada puisi 2, 7. Seperti halnya dalam penciptaan puisi pendek lainnya. Dengan
 judul yang baik dan kuat, akan menjadi pemandu awal bagi penikmat baca 
untuk masuk dalam upayanya menelaah makna dari puisi 2, 7 bersangkutan, 
hal ini dikarenakan  puisi 2, 7 selain berbatas 2 baris, juga hanya 
menyediakan ruang kata yang sangat terbatas (baca: 7 kata dalam 2 baris 
utuh.
2.            Pemilihan diksi yang tepat dan kuat akan membentuk tautan kalimat yang bisa meruangkan makna luas (
 tetap perhatikan estetika poetikanya ) sehingga dengan keterbatasan 
kata, namun tetap terjaga estetika puitikanya ( keindahan bahasa 
puisinya), serta tetap memberi ruang imajinasi dengan leluasa di alam 
baca penikmat karya.
3.            Pada puisi 2, 7 bahasa kias dan atau penggunaan majas : metaphor, personifikasi,paradok , satire , ect  akan
 sangat membantu dalam puisi genre ini. Kias dan atau majas yang baik 
akan kian memberi ruang kalimat tertaut menjadi lebih luas, dalam arti 
memberi nilai tambah dalam unsur  keluasan latar imajinatip penghayat.
4.            Pada
 puisi 2, 7 , batang tubuh puisi dibagi dua baris, dimana baris 1 (satu)
 sebagai baris yang lebih menonjolkan citraan latar suasana dan atau 
citraan yang bisa memandu dan atau bisa memberi gambaran di imaji 
penghayat akan apa yang tengah terjadi dan atau apa yang melatari sebuah
 kejadian (konflik peran awal) yang akan diletupkan di baris 2 sebagai 
citraan yang sarat letupan emosi ( bisa berupa sebuah renungan,
 bisa berupa pemikiran kekinian, bisa  juga berupa kesimpulan dari inti 
tema yang diangkat, ect , untuk itu idealnya baris 1 ini volume katanya 
lebih banyak dari baris 2 yang merupakan baris ledakan (idealnya baris 
satu cukup 4 kata/diksi dengan rekatan kuat sudah cukup memberi citraan 
latar suasana yang meruang)
5.            Karena
 Puisi 2, 7 lebih menitik beratkan pada isi/makna yang bisa menciptakan 
daya renung/kontemplasi, yang diletupkan di baris 2, namun estetik 
puitikannya juga jangan sampai hilang, maka hemat saya dengan 3 kata 
saja di baris dua sudah sangat ideal untuk membuat ledakan imaji dan 
member daya hisap di rasa imaji piker penghayat. Dengan 3 kata,
 hantaran pesan dalam kalimat akan lebih tegas dan berruh dalam 
memberikan ruang kontemplasi. Dalam pengertian baris kalimat akan lebih 
kental atau mengkristal dengan muatan yang dibawa 3 kalimat puncak tadi
Contoh:
TANPA KEKASIH
Jarum jam menghitung detak >>  4 tautan diksi yg menggambarkan latar suasana awal keadaan
Malam serupa jahanam >> 3 tautan diksi yang memberi citraan emosi pysyicologis renung
( lifespirit, 24 December 2012 )
 
RINDU
Malam, jendela diketuk resah>>  4 tautan diksi yg menggambarkan latar suasana awal keadaan
Seketika ingat Mihrab >> 3 tautan diksi yang memberi citraan emosi pysyicologis renung
( lifespirit, 24 December 2012 )
SENYUM  IBU
Pada peluit ketel, rinai >>  4 tautan diksi yg menggambarkan latar suasana awal keadaan
Senyum selepas subuh >> 3 tautan diksi yang memberi citraan emosi pysyicologis renung
(lifespirit, 24 December 2012)
TANGGUL JEBOL
kulihat matamu hujan. ohai! >>  4 tautan diksi yg menggambarkan latar suasana awal keadaan
beribu ruh berdzikir >> 3 tautan diksi yang memberi citraan emosi pysyicologis renung
(lifespirit, 20 Januari 2013)
-          Lima
 cara memilih diksi yang bisa membangun bentukan karya puisi baik secara
 estetika bahasa maupun secara estetika makna, ala lifespirit! :
1.         Pahami / kenali dengan baik maksud dan atau arti dari kalimat/kata/diksi terkait,
 dalam arti apakah arti perkalimat diksi tadi mempunyai makna yang bisa 
membangun kekuatan tema atau tidak. Dan apakah diksi tersebut bila 
direkat tautkan dengan diksi lainnya, selain bisa menghasilkan estetika 
keindahan, pastikan perekatan tadi tidak membelokkan inti tema yang 
ingin diletupkan pada bangunan utuh puisi/sajak. Jadi untuk memilih 
diksi kuat dalam upaya menghadirkan estetika keidahan dan keutuhan makna
 pada karya  puisi, salah satunya adalah mengenali sifat dan arti dari 
kata. misal: matahari : kata benda ; mempunyai sifat pnas:sinar 
terang:biasanya identik dengan spirit,kuasa,harapan,power ect.
2.        
 Setelah tahu sifat dan arti kata/diksi dimaksud, perhatikan keselarasan
 diksi dengan diksi sesudah dan sebelumnya dalam satu kesatuan baris 
utuh, apa perekatan-perekatan diksi tadi baik dalam bahasa 
terang atau bahasa majas semisal metafor,personifikasi, apa secara pesan
 makna tersirat pun tersurat tidak menyimpang dari inti tema karya 
secara bangunan utuh? misal: kita ingin menggambarkan suatu sosok yang 
mempunyai kuasa besar yang bisa mempengaruhi kehidupan kita, namun sosok
 tadi hanya kamuflase saja, alias semu dalam memberi pengayoman, maka 
kita bisa pilih diksi "matahari" untuk menggambarkan sosok berkuasa 
tadi, tapi agar maksud janji semunya bisa muncul, kita rekat tautkan 
kata "matahari" dengan kata lain yang koheren dgn maksud pesan yg ingin 
diletupkan.  Misal seperti ini:
"//Jangan
 peduli matahari yang/ berlagak jadi malaikat//" atau secara bahasa 
perlambangan yang kental "//sungai awan matahari tembaga/ berlagak jadi 
malaikat// atau salah satunya kita jadikan puisi 2, 7 seperti di bawah 
ini :
DI ATAS ISTANA KABUT
sungai awan matahari tembaga
berlagak jadi malaikat
(lifespirit, Feb  2013)
3.        
 Setelah diksi direkatkan utuh dengan diksi lainnya dalam satu baris, 
baca sekali lagi dengan seksama dan sepenuh jiwa, apa rekatan 
tadi bisa memancing imajinasi kamu, dan apakah rekatan diksi tadi 
mempunyai kualitas makna yang baik? bila tidak, jangan ragu untuk 
menggantinya baik sebagian diksi atau bahkan keseluruhan diksi.
4.        
 Perhatikan ketertauannya baik secara makna detonasi  (makna kata atau 
kelompok kata yang didasarkan atas hubungan lugas antara satuan bahasa 
dan wujud di luar bahasa, seperti orang, benda, tempat, sifat, proses, 
kegiatan,ect )  pun secara makna konotasi  (makna (nilai rasa) yang 
timbul karena adanya tautan pikiran antara denotasi dan pengalaman 
pribadi )  .
5.         Sebelum memastikan apa diksi yang kita pilih kuat atau tidak, sebaiknya tulis saja dulu secara lepas dan natural, baru
 pada saat proses pengendapan kita biasanya akan dgn lebih mudah 
menyeleksi diksi sesuai dgn kebutuhan ( baca : lima teknik dasar dan 
mudah mencipta puisi ala lifespirit. Ctt: kamus bahasa indonesia bisa 
memperkaya diksi. )
Lalu seberapa penting nilai tautan kontemplatif/kontemplasi (baca: daya renung) pada karya sastra puisi/sajak ?
 
Suatu
 karya sastra ( kita persempit pada pokok bahasan puisi ), estetika 
bahasa merupakan hal yang dibutuhkan sebuah puisi untuk menarik minat 
penghayat dalam menelusuri batang tubuh karya secara utuh sekaligus 
sebagai sarana/alat untuk merangsang pergerakan imaji penghayat kearah 
optimal. Namun yang tak kalah penting adalah estetika makna, dalam arti 
selain makna yang kuat dalam membangun pikiran-pikiran kekinian, puisi 
yang baik juga akan meninggalkan jejak kesan yang memicu pikiran-pikiran
 penghayat untuk melakukan pembaharuan pikir ke arah yang lebih baik 
(positif) di masa-masa selanjutnya, dalam arti bisa mengajak rasa pikir 
pembaca untuk berkontempelatip/berkontemplasi/berfikir secara fokus akan
 pencapaian-pencapaian kebaharuan pikir yang positip.
Yang
 terakhir : Jangan paksakan penghayat untuk harus sama dalam memaknai 
pesan yang ada di symbol-simbol bahasa karya anda. Dalam arti biarkan 
sinyal-sinyal bahasa tadi mencari jalannya sendiri untuk membuka medan 
piker pembaca/penghayat sesuai dengan kemampuan masing-masing penghayat 
dalam menangkap bahasa-bahasa symbol dimaksud. ( lalu bukan berarti kita
 menulis puisi seenaknya lho! Hehe ).
“Tidaklah
 sulit mencipta 1000 puisi, tapi, perlu beribu keberanian dan kejujuran 
 mengimplementasikan nilai-nilai baik yang terkandung di dalamnya, 
bahkan walau hanya satu puisi sekalipun dalam menjalani laku di dunia 
realita”
Semoga catatan sederhana ini ada nilai manfaat bagi pembaca. Amin3x. Insya’allah
Salam lifespirit!
 
Tidak ada komentar:
Posting Komentar