CARA MUDAH MEMBUAT PUISI PENDEK/PUISI PADAT KATA DAN PUISI 2, 7 YANG MEMUISI
oleh Imron Tohari
MENCARI
Carilah!
di luar tirai tak sengaja kujatuhkan tusuk pualam
Pergilah bersama lentera
jangan menunggu gugur bunga terlanjur dalam
(Zhu Yizun , masa Dinasti Qing, 1629 – 1709)
Dalam
setiap proses penciptaan puisi, dalam kesunyiannya pasti akan terjadi
suatu pertarungan batin dan atau pertarungan piker pada diri pengkarya
cipta ( pertarungan sinergi positip dan sinergis negatip).
Puisi
sebagai reinkarnasi bahasa/samsara bahasa, pada kelahirannya kembali,
tidak terlepas dari proses/ritus suasana baik buruk yang mempengaruhi
rasa imajinatip pengkarya ciptanya. Dalam pengertian, melalui puisi
penyair berusaha menghidupkan imaji tersembunyi ke dalam tubuh “bahasa”.
Tubuh bahasa dari bayangan diri, baik bayangan diri penyairnya maupun
bayangan diri penikmat bacanya yang sudah menyatu pada bayangan puisi
itu sendiri!, maka jadilah bayangan diantara bayangan; diri membayang
pada puisi, puisi membayang pada diri. Dan puisi yang baik, adalah puisi
yang ditulis dengan penuh ketulusan, serta tetap mengacu pada estetika
moral, sehingga nantinya bisa memberi pencerahan positip dan atau bisa
menciptakan pola piker baru yang baik bagi pencipta maupun apresiator
yang membacanya.
Pada
akhirnya puisi tetap merupakan suatu misteri yang menyelingkupi suatu
bahasa rasa yang ingin diletupkan sang penyairnya dengan mengunakan
simbol-simbol agar makna tidak secara langsung keluar dari tubuh bahasa
puisi itu sendiri, puisi yang menjelmakan dirinya pada bahasa yang
sunyi, puisi yang mensamsarakan dirinya pada kesakitan-kesakitan bahasa
dalam rangka menemukan pemaknaannya sendiri.
Lalu
bagaimana cara meletupkan bahasa rasa lewat karya tulis yang bernama
puisi, biar secara estetik puitika pun estetik makna bisa sampai di rasa
imaji penikmat baca?
Selain
mempunyai sifat unik kepadatan kata dalam upayanya menyampaikan idea
gagasan, puisi juga memiliki tiga unsur mendasar (pokok) pembangun
batang tubuh puisi secara utuh, meliputi : diksi (diction), imaji (imagery), gaya bahasa (figurative language), selain beberapa unsur penting lainnya pada puisi yang terikat pola.
Perlu
digaris bawahi , hendaklah membuat puisi bukan hanya sekedar bermain
indahnya kata, sekedar tonjolkan makna yang baik-baik saja, bukan
sekedar romansa cinta, dan atau bernuansa kerohanian sahaja. Namun lebih
dari pada itu bagaimana kita memenangkan batiniah dari kata-kata
tersirat pun tersurat dalam laku tindak kita di kehidupan nyata.
Membuat
puisi yang sebenar benarnya pencipta puisi adalah bagaimana kita
bertarung untuk menjadi tidak munafik dari apa yang telah kita lahirkan
dari kata-kata (Baca: puisi).
Selaku
penyuka puisi dan atau pencipta puisi, hal yang paling mendasar untuk
dipahami terlebih dahulu yang terkait dengan struktur bangun puisi
secara keseluruhan adalah perihal Struktur fisik puisi sertaStruktur Batin Puisi. Mengenai perihal tersebut saya kutipkan sebagian dari sumber WikiPedia Indonesia di bawah ini :
Struktur fisik puisi terdiri dari:
1. Perwajahan puisi (tipografi), yaitu
bentuk puisi seperti halaman yang tidak dipenuhi kata-kata, tepi
kanan-kiri, pengaturan barisnya, hingga baris puisi yang tidak selalu
dimulai dengan huruf kapital dan diakhiri dengan tanda titik. Hal-hal
tersebut sangat menentukan pemaknaan terhadap puisi.
2. Diksi, yaitu
pemilihan kata-kata yang dilakukan oleh penyair dalam puisinya. Karena
puisi adalah bentuk karya sastra yang sedikit kata-kata dapat
mengungkapkan banyak hal, maka kata-katanya harus dipilih secermat
mungkin. Pemilihan kata-kata dalam puisi erat kaitannya dengan makna,
keselarasan bunyi, dan urutan kata.
3. Imaji,
yaitu kata atau susunan kata-kata yang dapat mengungkapkan pengalaman
indrawi, seperti penglihatan, pendengaran, dan perasaan. Imaji dapat
dibagi menjadi tiga, yaitu imaji suara (auditif), imaji penglihatan
(visual), dan imaji raba atau sentuh (imaji taktil). Imaji dapat
mengakibatkan pembaca seakan-akan melihat, medengar, dan merasakan
seperti apa yang dialami penyair.
4. Kata ini berhubungan dengan kiasan atau lambang. Misalnya
kata kongkret “salju: melambangkan kebekuan cinta, kehampaan hidup,
dll., sedangkan kata kongkret “rawa-rawa” dapat melambangkan tempat
kotor, tempat hidup, bumi, kehidupan, dll.
5. Gaya bahasa, yaitu
penggunaan bahasa yang dapat menghidupkan/meningkatkan efek dan
menimbulkan konotasi tertentu. Bahasa figuratif menyebabkan puisi
menjadi prismatis, artinya memancarkan banyak makna atau kaya akan
makna. Gaya bahasa disebut juga majas. Adapaun macam-amcam majas antara
lain metafora,
simile, personifikasi, litotes, ironi, sinekdoke, eufemisme, repetisi,anafora, pleonasme, antitesis, alusio, klimaks, antiklimaks, satire, pars
pro toto, totem pro parte, hinggaparadoks.
Struktur batin puisi terdiri dari :
1. Tema/makna (sense); media
puisi adalah bahasa. Tataran bahasa adalah hubungan tanda dengan makna,
maka puisi harus bermakna, baik makna tiap kata, baris, bait, maupun
makna keseluruhan.
2. Rasa (feeling), yaitu
sikap penyair terhadap pokok permasalahan yang terdapat dalam puisinya.
Pengungkapan tema dan rasa erat kaitannya dengan latar belakang sosial
dan psikologi penyair, misalnya latar belakang pendidikan, agama, jenis
kelamin, kelas sosial, kedudukan dalam masyarakat, usia, pengalaman
sosiologis dan psikologis, dan pengetahuan. Kedalaman pengungkapan tema
dan ketepatan dalam menyikapi suatu masalah tidak bergantung pada
kemampuan penyairmemilih kata-kata, rima, gaya bahasa, dan bentuk puisi
saja, tetapi lebih banyak bergantung pada wawasan, pengetahuan,
pengalaman, dan kepribadian yang terbentuk oleh latar belakang
sosiologis dan psikologisnya.
3. Nada (tone), yaitu
sikap penyair terhadap pembacanya. Nada juga berhubungan dengan tema
dan rasa. Penyair dapat menyampaikan tema dengan nada menggurui,
mendikte, bekerja sama dengan pembaca untuk memecahkan masalah,
menyerahkan masalah begitu saja kepada pembaca, dengan nada sombong,
menganggap bodoh dan rendah pembaca, dll.
4. Amanat/pesan/tujuan/maksud (itention); yaitu pesan yang ingin disampaikan penyair kepada pembaca
5. Kontemplasi/ruang renung; yaitu
renungan dengan kebulatan pikiran atau perhatian penuh yang bisa
memantik simpul piker kekinian penghayat dalam memunguti sinergi positip
dari isi puisi baik tersurat pun tersirat secara keseluruhan.
Dalam proses saya mencipta puisi, perkenankan saya membagikan lima teknik dasar dan mudah mencipta puisi ala lifespirit! :
1. Tulis saja apa yang menjadi olah rasa pikermu dengan lepas (
pokoknya tulis saja dulu jangan terkendala dengan pakem penciptaan
puisi, karena hal tersebut akan menghambat laju idea yang ada
dipikiranmu saat itu)
2. Setelah selesai ditulis, baca ulang dan rasakan apa
memang tulisan tersebut telah sesuai dengan apa yang ingin disampaikan
pada pembaca dan atau sudah mewakili apa yang kau fikirkan?
3. Kalau
sudah sesuai dengan maksud dan tujuan yang kau fikirkan, baca sekali
lagi dengan sepenuh rasa untuk menemukan apa sekiranya pola yang paling
tepat, dalam arti, apa karya mentah tadi ingin kau tuang dalam
bentuk bait panjang apa pendek, apa mau kau tuang dengan pola terikat (
berdasarkan pakem-pakem khusus yang menyerta pada karya sajak/puisi
semisal rima) atau mau kau tuang ke dalam medium sajak/puisi bebas (
ingat jangan ragu untuk menghilangkan/memadatkan/menambah/mengganti
diksi ) bilamana dirasa perlu dan tentunya bila dengan itu kau merasa
nyaman.
4. Jangan segan-segan untuk mengedit bila ada masukan perbaikan yang baik/relevan (
lebih baik lagi kalau tidak buru-buru memposting itu karya/ endapkan!
sebab dengan pengendapan adakalanya pikiran kita bisa lebih netral dalam
menilai karya yang baru kita buat sendiri. Biasanya kalau langsung kita
posting, yang lebih berperan sifat emosional kita yang dominan sehigga
unsur subyektif kita dalam menilai karya yang baru kita buat mengalahkan
unsur obyektif kita.
5. Jangan mudah patah karena dikritik, dan jangan terbuai saat dipuji. Ingat
: Pujian adalah rahmat yang patut kita syukuri, namun kalau kita
terlena justru akan menjadikan karya kita berikutnya jalan di tempat.
Setelah
memahami lima pokok dasar mencipta puisi dengan mudah, sekali lagi
perkenanan saya merangkum pemikiran saya dalam mencipta karya selama
ini, tentang hal-hal yang senantiasa saya jadikan perhatian dasar dalam
mencipta karya puisi pendek/padat kata maupun karya puisi dua koma
tujuh (Baca: Puisi 2, 7) yang saya perkenalkan pertama kali pada bulan
Desember 2012, seperti yang kini saya tulis di bawah ini :
- Lima hal yang perlu diperhatikan dalam mencipta puisi pendek ala lifespirit! :
1. Judul sangat penting (kalau tidak boleh dikatakan vital ) dalam penciptaan puisi pendek. Dengan
judul yang baik dan kuat, akan menjadi pemandu awal bagi penikmat baca
untuk masuk dan menelaah makna dari puisi bersangkutan, hal ini dikarena
puisi pendek sangat terbatas volume katanya.
2. Pemilihan diksi yang kuat akan membentuk tautan kalimat yang bisa meruangkan makna luas (
tetap perhatikan estetika poetikanya ) sehingga dengan kata terbatas
namun tetap indah dan memberi ruang imajinasi dengan leluasa.
3. manfaatkan majas : metaphor, personifikasi,hiperbola,paradok,satire,ect dengan baik,
sebab majas dan atau gaya bahasa sangat membantu dalam puisi genre ini.
majas yang baik akan kian memberi ruang kalimat tertaut menjadi lebih
luas, dalam arti majas memberi nilai tambah dalam unsur keluasan latar.
4. Puisi pendek lebih menitik beratkan pada isi/makna,
walau dalam hal ini unsur keindahan juga harus tetap diperhatikan.
Namun dengan keterbatasan kata yang ada pada puisi genre ini, yang lebih
diutamakan adalah bagaimana keterbatasan kata tersebut bisa
menyampaikan pesan makna ke penghayat dengan baik.
- Contoh :
Disalib Peradaban
di mural-mural kota
orang lalu lalang mencari mata
di istana negara
perkongsian politik lahan paling subur menggali kubur…
saat jiwa tak lagi jelas mendengar detak kerohanian
jarum waktu serupa jahanam jatuh tepat menancap di batok kepala
( Imron Tohari _ lifespirit 24 januari 2011)
5. Dalam puisi pendek biasanya pada batang tubuh puisi dibagi dua, yakni: alur konflik peran dan alur penutup (
bisa berupa sebuah renungan, bisa berupa pemikiran kekinian, bisa juga
berupa kesimpulan dari inti tema yang diangkat, ect ), sebab judul
mempunyai peran ganda dalam puisi pendek, selain untuk memberi gambaran
dari keseluruhan isi karya, juga tidak jarang berperan sebagai alur
awal/pemandu awal sebelum masuk batang tubuh puisi.
- Contoh judul yang sekaligus berperan sebagai awal sekaligus sebagai kesimpulan dari inti tema :
Digoda Rindu
Ketika gemerisik daun bambu diikuti sahutan jangkerik
senja melenggang
menghantar rindu ke peraduan malam
Digoda rindu siapa peduli batang bambu dan jangkerik di luar kedinginan?
( by lifespirit 26 Januari 2011 )
- Lima
hal yang perlu diperhatikan dalam mencipta puisi pendek yang terdiri
hanya beberapa kata/kalimat ( tidak lebih dari 17 kata/kalimat ) ala
lifespirit! :
1. Judul pada puisi model tuang seperti ini sangat penting ( kalau tidak boleh dikata tidak bisa ditawar-tawar lagi ), hal
tersebut berkenaan dengan padatnya kata yang bisa diolah menjadi suatu
kekuatan utuh karya dalam menyampaikan pesan pada penikmat baca tanpa
meniggalkan kesan keindahan bahasa puisi itu sendiri. Judul yang baik
(baca: kuat) sekaligus merupakan pintu masuk untuk pembaca bisa memahami
dan menikmati letupan pesan yang ingin dihantarkan pencipta karya ke
imaji rasa penghayat.
2.
Peran diksi pada puisi pendek genre ini ( selanjutnya akan saya sebut
sebagai puisi padat kata ) mutlak sangat penting bagi berhasil tidaknya
karya tersebut merangkum idea tema yang ingin dilukiskan oleh pencipta
karya. Untuk itu usahakan tidak tergesa-gesa dalam memilih diksi yang
akan dipergunakan, dalam arti pahami betul sifat serta karakter dari
diksi terpilih.
3. Upayakan diksi, walau itu hanya satu kalimat bisa menciptakan ruang luas untuk penikmat baca berimajinasi. Misal
kata yang menimbulkan efek visual bunyi:kraakkk, plung, bum ect dan
atau kata yang menyiratkan kata kerja aktif, missal :
menggali,memintal,mengintip ect
4. Judul dan isi harus saling menompang satu dengan yang lainnya. Dalam arti, Judul sekaligus merupakan rangkuman maksud dari isi karya.
5.
Jangan buru-buru memposting, namun upayakan untuk melalui proses
pengendapan karya, sehingga kita bisa mengevaluasinya dengan control
emosi yang tenang serta obyektif,hal ini untuk menghindari
jebakan puisi model padat kata yang biasanya kita tanpa sadar terjebak
langsung menulis secara terang benderang, sehingga nilai estetika bahasa
kontemplatipnya berkurang .
Beberapa contoh puisi padat kata yang memanfaatkan kekuatan imajinatip diksi/kata/kalimat:
Kemarau
sawah ladang kering
Petani berebut ranting
Krakk!
Di dapur, perempuan menanak nafas
(2010)
Sajak Hening
Kenapa kau mencintaiku?
jatuh sebatang ranting
plung…
(2010)
Mengetuk Pintu Langit
Syahadat
Tanda serukah
O tanda Tanya
(2009)
Maujud Tuhan
Pada peluit ketel*,rinai
Senyum istriku
Selepas Subuh
( 2009 )*ketel /kétél/ n 1 sj cerek;untuk merebus air; 2 sj kuali besi untuk menanak nasi
Lampion
Pemantik
Membakar setiap detak
Dan aku memanggilmu
: Kekasih
( 2009 )
- Lima hal yang perlu diperhatikan dalam mencipta puisi 2, 7ala lifespirit! :
1. Judul sangat penting (kalau tidak boleh dikatakan vital ) pada puisi 2, 7. Seperti halnya dalam penciptaan puisi pendek lainnya. Dengan
judul yang baik dan kuat, akan menjadi pemandu awal bagi penikmat baca
untuk masuk dalam upayanya menelaah makna dari puisi 2, 7 bersangkutan,
hal ini dikarenakan puisi 2, 7 selain berbatas 2 baris, juga hanya
menyediakan ruang kata yang sangat terbatas (baca: 7 kata dalam 2 baris
utuh.
2. Pemilihan diksi yang tepat dan kuat akan membentuk tautan kalimat yang bisa meruangkan makna luas (
tetap perhatikan estetika poetikanya ) sehingga dengan keterbatasan
kata, namun tetap terjaga estetika puitikanya ( keindahan bahasa
puisinya), serta tetap memberi ruang imajinasi dengan leluasa di alam
baca penikmat karya.
3. Pada puisi 2, 7 bahasa kias dan atau penggunaan majas : metaphor, personifikasi,paradok , satire , ect akan
sangat membantu dalam puisi genre ini. Kias dan atau majas yang baik
akan kian memberi ruang kalimat tertaut menjadi lebih luas, dalam arti
memberi nilai tambah dalam unsur keluasan latar imajinatip penghayat.
4. Pada
puisi 2, 7 , batang tubuh puisi dibagi dua baris, dimana baris 1 (satu)
sebagai baris yang lebih menonjolkan citraan latar suasana dan atau
citraan yang bisa memandu dan atau bisa memberi gambaran di imaji
penghayat akan apa yang tengah terjadi dan atau apa yang melatari sebuah
kejadian (konflik peran awal) yang akan diletupkan di baris 2 sebagai
citraan yang sarat letupan emosi ( bisa berupa sebuah renungan,
bisa berupa pemikiran kekinian, bisa juga berupa kesimpulan dari inti
tema yang diangkat, ect , untuk itu idealnya baris 1 ini volume katanya
lebih banyak dari baris 2 yang merupakan baris ledakan (idealnya baris
satu cukup 4 kata/diksi dengan rekatan kuat sudah cukup memberi citraan
latar suasana yang meruang)
5. Karena
Puisi 2, 7 lebih menitik beratkan pada isi/makna yang bisa menciptakan
daya renung/kontemplasi, yang diletupkan di baris 2, namun estetik
puitikannya juga jangan sampai hilang, maka hemat saya dengan 3 kata
saja di baris dua sudah sangat ideal untuk membuat ledakan imaji dan
member daya hisap di rasa imaji piker penghayat. Dengan 3 kata,
hantaran pesan dalam kalimat akan lebih tegas dan berruh dalam
memberikan ruang kontemplasi. Dalam pengertian baris kalimat akan lebih
kental atau mengkristal dengan muatan yang dibawa 3 kalimat puncak tadi
Contoh:
TANPA KEKASIH
Jarum jam menghitung detak >> 4 tautan diksi yg menggambarkan latar suasana awal keadaan
Malam serupa jahanam >> 3 tautan diksi yang memberi citraan emosi pysyicologis renung
( lifespirit, 24 December 2012 )
RINDU
Malam, jendela diketuk resah>> 4 tautan diksi yg menggambarkan latar suasana awal keadaan
Seketika ingat Mihrab >> 3 tautan diksi yang memberi citraan emosi pysyicologis renung
( lifespirit, 24 December 2012 )
SENYUM IBU
Pada peluit ketel, rinai >> 4 tautan diksi yg menggambarkan latar suasana awal keadaan
Senyum selepas subuh >> 3 tautan diksi yang memberi citraan emosi pysyicologis renung
(lifespirit, 24 December 2012)
TANGGUL JEBOL
kulihat matamu hujan. ohai! >> 4 tautan diksi yg menggambarkan latar suasana awal keadaan
beribu ruh berdzikir >> 3 tautan diksi yang memberi citraan emosi pysyicologis renung
(lifespirit, 20 Januari 2013)
- Lima
cara memilih diksi yang bisa membangun bentukan karya puisi baik secara
estetika bahasa maupun secara estetika makna, ala lifespirit! :
1. Pahami / kenali dengan baik maksud dan atau arti dari kalimat/kata/diksi terkait,
dalam arti apakah arti perkalimat diksi tadi mempunyai makna yang bisa
membangun kekuatan tema atau tidak. Dan apakah diksi tersebut bila
direkat tautkan dengan diksi lainnya, selain bisa menghasilkan estetika
keindahan, pastikan perekatan tadi tidak membelokkan inti tema yang
ingin diletupkan pada bangunan utuh puisi/sajak. Jadi untuk memilih
diksi kuat dalam upaya menghadirkan estetika keidahan dan keutuhan makna
pada karya puisi, salah satunya adalah mengenali sifat dan arti dari
kata. misal: matahari : kata benda ; mempunyai sifat pnas:sinar
terang:biasanya identik dengan spirit,kuasa,harapan,power ect.
2.
Setelah tahu sifat dan arti kata/diksi dimaksud, perhatikan keselarasan
diksi dengan diksi sesudah dan sebelumnya dalam satu kesatuan baris
utuh, apa perekatan-perekatan diksi tadi baik dalam bahasa
terang atau bahasa majas semisal metafor,personifikasi, apa secara pesan
makna tersirat pun tersurat tidak menyimpang dari inti tema karya
secara bangunan utuh? misal: kita ingin menggambarkan suatu sosok yang
mempunyai kuasa besar yang bisa mempengaruhi kehidupan kita, namun sosok
tadi hanya kamuflase saja, alias semu dalam memberi pengayoman, maka
kita bisa pilih diksi "matahari" untuk menggambarkan sosok berkuasa
tadi, tapi agar maksud janji semunya bisa muncul, kita rekat tautkan
kata "matahari" dengan kata lain yang koheren dgn maksud pesan yg ingin
diletupkan. Misal seperti ini:
"//Jangan
peduli matahari yang/ berlagak jadi malaikat//" atau secara bahasa
perlambangan yang kental "//sungai awan matahari tembaga/ berlagak jadi
malaikat// atau salah satunya kita jadikan puisi 2, 7 seperti di bawah
ini :
DI ATAS ISTANA KABUT
sungai awan matahari tembaga
berlagak jadi malaikat
(lifespirit, Feb 2013)
3.
Setelah diksi direkatkan utuh dengan diksi lainnya dalam satu baris,
baca sekali lagi dengan seksama dan sepenuh jiwa, apa rekatan
tadi bisa memancing imajinasi kamu, dan apakah rekatan diksi tadi
mempunyai kualitas makna yang baik? bila tidak, jangan ragu untuk
menggantinya baik sebagian diksi atau bahkan keseluruhan diksi.
4.
Perhatikan ketertauannya baik secara makna detonasi (makna kata atau
kelompok kata yang didasarkan atas hubungan lugas antara satuan bahasa
dan wujud di luar bahasa, seperti orang, benda, tempat, sifat, proses,
kegiatan,ect ) pun secara makna konotasi (makna (nilai rasa) yang
timbul karena adanya tautan pikiran antara denotasi dan pengalaman
pribadi ) .
5. Sebelum memastikan apa diksi yang kita pilih kuat atau tidak, sebaiknya tulis saja dulu secara lepas dan natural, baru
pada saat proses pengendapan kita biasanya akan dgn lebih mudah
menyeleksi diksi sesuai dgn kebutuhan ( baca : lima teknik dasar dan
mudah mencipta puisi ala lifespirit. Ctt: kamus bahasa indonesia bisa
memperkaya diksi. )
Lalu seberapa penting nilai tautan kontemplatif/kontemplasi (baca: daya renung) pada karya sastra puisi/sajak ?
Suatu
karya sastra ( kita persempit pada pokok bahasan puisi ), estetika
bahasa merupakan hal yang dibutuhkan sebuah puisi untuk menarik minat
penghayat dalam menelusuri batang tubuh karya secara utuh sekaligus
sebagai sarana/alat untuk merangsang pergerakan imaji penghayat kearah
optimal. Namun yang tak kalah penting adalah estetika makna, dalam arti
selain makna yang kuat dalam membangun pikiran-pikiran kekinian, puisi
yang baik juga akan meninggalkan jejak kesan yang memicu pikiran-pikiran
penghayat untuk melakukan pembaharuan pikir ke arah yang lebih baik
(positif) di masa-masa selanjutnya, dalam arti bisa mengajak rasa pikir
pembaca untuk berkontempelatip/berkontemplasi/berfikir secara fokus akan
pencapaian-pencapaian kebaharuan pikir yang positip.
Yang
terakhir : Jangan paksakan penghayat untuk harus sama dalam memaknai
pesan yang ada di symbol-simbol bahasa karya anda. Dalam arti biarkan
sinyal-sinyal bahasa tadi mencari jalannya sendiri untuk membuka medan
piker pembaca/penghayat sesuai dengan kemampuan masing-masing penghayat
dalam menangkap bahasa-bahasa symbol dimaksud. ( lalu bukan berarti kita
menulis puisi seenaknya lho! Hehe ).
“Tidaklah
sulit mencipta 1000 puisi, tapi, perlu beribu keberanian dan kejujuran
mengimplementasikan nilai-nilai baik yang terkandung di dalamnya,
bahkan walau hanya satu puisi sekalipun dalam menjalani laku di dunia
realita”
Semoga catatan sederhana ini ada nilai manfaat bagi pembaca. Amin3x. Insya’allah
Salam lifespirit!
Tidak ada komentar:
Posting Komentar